Jumat, 29 April 2011

Cara Menangkal Cuci Otak ala Felix Siauw


Geli, jijik sekaligus sedih mendengar isu baru-baru ini yang paling mencuat, seperti yang sudah Anda dengar juga hampir setiap waktu “CUCI OTAK” wkwkwkwk. Awalnya saya juga bertanya-tanya apakah cuci otak itu, apakah gabungan CUCI MATA dan GEGAR OTAK atau bisa juga kombinasi antara CUCI GUDANG OTAK UDANG wkwkwkwk~ tetapi akhirnya setelah bertapa selama 5 menit, saya bisa mendefiniskan CUCI OTAK dan sedikit mengomentari..
Supaya nggak pegel ngetik dan kena KRAM OTAK cuci otak sekarang disingkat CO, nihihihihi~

Pertama-tama kita harus bener-bener aware, bahwa isu CO ini langsung dikaitkan dengan Islam, dan seolah-olah setiap gerakan Islam mempunyai potensi CO ini. Dan saya sudah mengulang-ulang berkali-kali dalam konferensi pers yang saya lakukan (di negeri bebek), saya selalu mengutip perkataan seorang politisi

Untuk mencari hakekat suatu kejadian, nalar politis manusia akan selalu mengarahkan dia untuk bukan memfokuskan hanya pada kejadian itu ansich, tetapi melihat dari segi kenapa kejadian itu terjadi dan siapa yang paling diuntungkan akan kejadian tersebut, dengan cara itu hakekat peristiwa akan kita lihat lebih mudah – Felix Siauw

Bila kita lihat kasus CO ini, sebenarnya masalah gerakan NII yang katanya biang permasalahan itu sudah menjadi masalah dari tahun 70-an, masalahnya kenapa baru dipermasalahkan sekarang seolah-olah kemarin-kemarin nggak bermasalah?!. Karena itu bila mengetahui fakta ini, harusnya semuanya menyadari bahwa kasus ini sengaja menjadi dagelan politik, sesuatu yang bisa dimunculkan dan dihilangkan, dimunculkan kembali kapan saja oleh “news maker” sebagaimana kasus Ahmadiyah. Menunjukkan ketidakpedulian pemerintah akan rakyatnya.

Dan bila sekali lagi kita lihat, maka nyata isu ini menggiring-giring dan memaksakan untuk membawa Islam dibelakangnya, seolah-olah Islam menjadi inspirator CO. Lihat saja, mulai dari teror bom yang disangka efek CO, lantas ketika polisi menggerebek rumah tersangka, maka yang pertama disorot kamera untuk disiarkan kepada masyarakat adalah Al-Qur’an, kitab berbahasa Arab dan segala macam yang berbau Islam.

Juga ketika para ‘cendekiawan Islam’ dimintai komentar, mereka dengan semangatnya bilang bahwa ciri-ciri kelompok yang melakukan CO itu biasanya berbasis di Masjid, Kampus, Sekolah dan Kantor. Dan memperingatkan bahwa disitulah organisasi ‘radikal’ merekrut teroris

Felix Siauw (sambil teriak): woiii dodol, mbok ya o dipikir dulu sebelum ngomong.. kemana lagi gw mau dakwah kalo lo bilangin semua tempat dakwah itu tempat terjadi CO dan merekrut teroris?! Gila lo ya?!


O-to-ma-tis, masyarakat pun jadi awas dengan opini umum ini, apalagi setelah melihat tayangan ibu-ibu nangis-nangis setelah anaknya di-CO dan kabur dari rumah hampir 3 tahun. Dan apa efek akhir dari kasus CO ini, saya list dibawah supaya lebih mudah
1. Orangtua takut bila anaknya di sekolah ada pengajian karena takut di-CO
2. Kantor-kantor juga takut karena dibilang teroris buka openhouse di pengajian kantor
3. Orang-orang takut ke Masjid karena pengajiannya juga mengandung CO, dan bisa-bisa ikut jumatan bisa pulang dengan paku di kepala
4. Mahasiswa di kampus akan makin sekuler karena Lembaga Dakwah Kampus makin nggak ada peminatnya, karena kata cendekiawan mantan rektor mana gitu (males gw ngomongnya) kampus menyumbang perekrutan terbesar organisasi radikal
5. Dengan kata lain, orang jadi lebih banyak meninggalkan Islam.

Dengan melihat semua fakta ini, kita bisa menebak, bahwa hakekat kejadian ini adalah ada kaitannya dengan pemerintah sebagai “news maker” dan bertujuan mengungkung gerakan-gerakan Islam, mengutip Pakdhe Ismail Yusanto jubir HTI, “untuk menggolkan UU intelijen” semacam ISA (Internal Security Act) di Malaysia dan Singapura.


Yang Kedua, juga nggak ada yang salah pada CO alias CUCI OTAK, coba pikir namanya nyuci itu kan membersihkan, misal:
Baju Kotor mesti di CUCI BAJU
Mobil Kotor mesti di CUCI MOTOR
Mata Kotor mesti di CUCI MATA
Gudang Kotor lalu di CUCI GUDANG
mungkin pemerintah dan pejabat banyak yang OTAKNYA KOTOR jadi harus pake CUCI OTAK

Nihihihihihi~.. serius ah..

Kalopun cuci otak diartikan mengalihkan pemikiran dari “normal” menjadi “ekstrim” maka harus juga didefinisikan mana itu “normal” dan mana itu “ekstrim”. Dan saya sampaikan bahwa tidak ada otak yang netral. Hidup adalah pilihan dan setiap pilihan punya resiko, berarti nggak ada otak yang ekstrim dan otak yang normal, yang ada otak yang bener sama otak yang nggak bener.

Dimana letak legitimasi bahwa seseorang bisa mengatakan bila temennya yang awalnya suka ke diskotik lantas tiba-tiba nongkrongin masjid untuk shalat lantas dia di-CUCI OTAK?!. Kenapa nggak ada yang bilang bahwa seseorang yang dulunya juara MTQ lalu jadi tukang ambil riba itu di-CUCI OTAK?

Atau kenapa ketika orang teriak syariat Islam dan Khilafah dicurigai di-CUCI OTAK sama Ustadz, tapi orang yang cuap-cuap demokrasi nggak dibilang di-CUCI OTAK sama George Bush. Padahal ustadz masuk surga dan bush di …. (isi sendiri)

Halah, peduli apa, dakwah jalan terusss, toh Allah satu-satunya pemilik kebenaran, lagian mau bilang apa aja, tetep aja akan ada orang yang sadar dari CUCI OTAKnya amerika dan sekutunya lalu memperjuangkan Syariah dan Khilafah :D

Kesimpulannya? Tarik sendiri deh, nanti saya juga disinyalir tukang CUCI OTAK! wkwkwkwk~

Oleh : Felix Siauw – yang setiap hari CUCI OTAK nya sendiri dari kejorokan sekulerisme dan kapitalisme termasuk anak-anaknya semacam demokrasi dan nasionalisme.

SYAIR JIHAD SANG MUJAHID

Wahai saudaraku,
Andai engkau tahu
Debu fisabilillah yang menempel di kakimu
Dapat menyelamatkan dari neraka Jahannam
Kenapa kau tinggalkan jihad?

Wahai saudaraku,
Andai engkau paham
Sekejap dalam medan jihad
Dapat mengharuskanmu memasuki
kenikmatan dan keindahan Jannatun Na’im
Kenapa memilih selain jihad?

Wahai saudaraku,
Andai kau mengerti
Berak dan berseninya kudamu fisabilillah
Bernilai pahala bagimu di sisi Robmu
Kenapa masih bimbang untuk berjihad?

Wahai saudaraku,
Andai kau tahu
Timah panas yang mengoyak tubuhmu
dapat menghantarkanmu memeluk mesra Bidadari jelita
Kenapa takut berjihad?

Wahai saudaraku,
Andai kau faham
Dentuman bom yang mencabik-cabik dagingmu
dapat menyibukkanmu bercanda ria di pangkuan Bidadari jelita
selama berpuluh-puluh tahun tanpa bosan
Kenapa masih ragu untuk berjihad?

Wahai saudaraku,
Andai kau mengerti
Ledakan mortir yang meremukkan tulang belulangmu
dapat menghantarkanmu berbaring mesra di atas kasur
dalam kamar mempelai bersama bidadari yang tidak pernah
hilang keperawanannya
Kenapa enggan berjihad?

Wahai saudaraku,
Andai kau faham
Tetesan darah pertama yang kau tumpahkan di medan jihad
dapat menghapuskan semua dosa-dosamu
Tidak ada pilihan lain bagimu selain jihad?

Duhai saudaraku,
Seandainya engkau faham
Seandainya engkau mengerti
Seandainya engkau tahu
Dan seandainya engkau berakal
Engkau pasti memilih jihad.

(Abdullah Sonata)

Kita Termasuk Yg Mana. . .??

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
Di antara tanda kebahagiaan dan keberuntungan, tatkala ilmu seorang hamba bertambah, bertambah pulalah sikap tawadhu’ (rendah hati) dan kasih sayang yang dimilikinya; setiap kali bertambah amalnya, bertambah pula rasa takut dan waspada di dalam dirinya[1]; tatkala bertambah umurnya, berkuranglah ketamakannya terhadap dunia; tiap kali hartanya bertambah, kedermawanannya pun bertambah; setiap kali kedudukan dan martabatnya bertambah tinggi, maka bertambah pula kedekatannya dengan manusia, dirinya akan semakin memperhatikan kebutuhan mereka, dan merendahkan diri di hadapan mereka.

Di antara tanda kebinasaan seorang, tatkala ilmunya bertambah, bertambah pula kesombongan dan keangkuhannya; tiap kali amalnya bertambah, bertambahlah ‘ujub (bangga diri) dalam dirinya, semakin meremehkan orang lain, dan justru memandang baik dirinya; tatkala umurnya bertambah, ketamakannya terhadap dunia justru semakin bertambah; tiap kali hartanya bertambah, bertambah pula sifat kikir yang dimiliki; setiap kali kedudukan dan martabatnya bertambah, bertambah pula keangkuhan dan kecongkakannya.

Seluruh hal di atas merupakan cobaan dari Allah yang diperuntukkan kepada para hamba-Nya. Di antara mereka ada yang beruntung, sebagian yang lain justru celaka.

Demikian pula dengan kemuliaan, seperti kerajaan, kekuasaan, dan harta, semua adalah cobaan. Allah ta’ala berfirman,

فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ (٤٠)

“Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Rabb-ku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya).” (QS. An Naml: 40).

Demikian pula kenikmatan, semua adalah cobaan dari-Nya sehingga akan nampak siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur (ingkar). Sebagaimana musibah juga cobaan dari-Nya, karena Dia menguji para hamba dengan berbagai nikmat dan musibah.

Allah ta’ala berfirman,

فَأَمَّا الإنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (١٥)وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ (١٦)

“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dirinya dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu mempersempit rizkinya, maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku.” (QS. Al Fajr: 15-16).

Maksud dari ayat di atas, tidak setiap orang yang Aku lapangkan rizkinya dan Aku beri kesenangan duniawi, maka hal itu merupakan bentuk pemuliaan-Ku terhadapnya. Dan tidak setiap orang yang Aku persempit rizkinya dan Aku uji dengan kemiskinan, maka hal itu merupakan kehinaan baginya.

Waffaqaniyalahu wa iyyakum.

Diterjemahkan dari Fawaaidul Fawaaid hal. 403-404

Gedong Kuning, Yogyakarta, 23 Rabi’uts Tsani 1431.

Penulis: Muhammad Nur Ichwan Muslim

Artikel www.muslim.or.id
[1] Demikianlah sifat orang beriman, yaitu tatkala mengerjakan amal, mereka tidak lantas berbangga diri dengan amal yang telah dikerjakan. Hal ini diterangkan Allah ta’ala dalam firman-Nya di surat Al Mukminun: 60 (yang artinya), “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa). Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.”

Ketika mendengar ayat ini, ‘Aisyah radhiallahu ‘anha bertanya kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “(Mengapa mereka khawatir setelah beramal?), apakah mereka orang-orang yang meminum khamr dan mencuri?” Nabi pun menjawab, “Bukan, wahai anak Ash Shiddiq. Mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat, dan bersedekah, meskipun demikian mereka khawatir sekiranya amalan tersebut tidak diterima oleh-Nya.” (HR. Tirmidzi: 3175).
www.muslim.or.id